THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 06 Desember 2010

MeNgapa rayuan GomBall (MasiEh Juga BIsa) BerHasil ?

Suara gelak tawa terdengar.
EMPAT anak lelaki, dua diantaranya berseragam karate dengan sabuk kuning tampak riuh mengobrol dan tertawa- tawa sambil menikmati semangkuk es krim.
Di meja yang sama dengan mereka, duduk Dee dan Kuti dengan es krimnya masing- masing.
“ Jadi Dee, “ Kuti berkata pada sang istri, “ Menurutmu seharusnya Shinta tak menelepon Rudi? “
“ Tidak dalam situasi seperti itu, “ jawab Dee.
“ Aku tidak mengatakan bahwa perempuan tidak pernah boleh menghubungi laki- laki yang menarik hatinya lebih dulu, ‘yang “ jawab Dee. “ Tapi dia harus lihat- lihat situasi. Dan caranyapun mesti halus sekali. Apa yang Shinta lakukan menjadi tak pada tempatnya karena jelas Rudi tidak tertarik pada dia. Belum lagi, dia terlalu memaksa. Tindakan semacam itu, alih- alih membuat lelaki tertarik, aku rasa akan membuat banyak lelaki ‘ngeri’ dan menarik diri… “
“ Aku koq cenderung setuju dengan komentar mas Srex ya… “ kata Dee para Kuti. “ Mas Srex memberikan analisanya bahwa pada banyak kasus perempuan yang melakukan hal tersebut berada pada situasi yang tidak menguntungkan. Berada di persimpangan jalan, menurut istilah mas Srex. Atau dalam posisi inferior terhadap lelaki. Seperti yang aku katakan tadi, Shinta tampak begitu desperate… “
Kuti membiarkan Dee berbicara tanpa menyela. Dia memang ingin tahu apa pendapat istrinya tentang itu.
“ Begini ‘yang, “ kata Dee, “ Seperti juga ‘sudah dari sananya’ perempuan senang mendengar kata- kata manis, sudah dari sananya pula laki- laki itu dilahirkan dengan sifat dasar sebagai pemburu, senang berkompetisi, dan ingin memiliki kendali dalam hidupnya. “
Kuti menyuapkan sesendok es krim ke dalam mulutnya. Begitu pula Dee.
Setelah menelan suapan es krim itu, Dee kembali berkata, “ Mengerti tentang hal itu, maka akan lebih baik jika pada tahap- tahap awal, perempuan membiarkan lelaki yang melakukan inisiatif pendekatan. Tentu saja… “ Dee tersenyum, “ Perempuan itu juga harus memberikan sinyal positif. Tak perlu agresif. Sekedar senyuman serta sikap bersahabat sudah cukup untuk membuat lelaki melangkah mendekati, jika lelaki itu memang tertarik padanya. Sikap menahan diri ini akan menghindarkannya dari ‘mempermalukan diri sendiri’ dan terjebak dalam rayuan gombal seperti Shinta… “
“ Sikap Shinta itu, “ komentar Dee lagi, “ Tampak dari luar seperti sikap orang yang sangat percaya diri, tapi ada kemungkinan sikap seperti itu muncul sebagai kamuflase untuk menutupi rasa tak percaya dirinya… “
“ Begini ‘yang, “ kata Dee. “ Jika hubungan sudah berlanjut, ketika sudah jelas ketertarikan ada pada kedua belah pihak, tak apa perempuan sekali- sekali mengambil inisiatif atau menunjukkan perhatian yang nyata. Tapi di awal masa perkenalan, tetap saja menurutku lebih baik menahan diri… Bagaimanapun, perempuan tetap harus bisa menjaga dirinya agar tak terperdaya dengan menyeimbangkan antara rasa dan rasio. Disamping itu… “
Dee menyuapkan lagi sesendok es krim ke dalam mulutnya dan menikmati bagaimana es krim itu lumer dengan lembut di dalam mulutnya…
“ Aku selalu percaya, bahwa bagaimanapun kita tak pernah dapat memaksakan terjadinya hubungan pertemanan, persahabatan, atau percintaan. Tak ada gunanya. Hubungan yang sehat harus terjadi secara sukarela dari kedua belah pihak. Pemaksaan dari suatu pihak kemungkinan besar akan berujung pada peristiwa tak enak, “ kata Dee.
“ Begitu, ya? “ komentar Kuti.
“ Menurutku begitu, “ jawab Dee.
“ Dan omong- omong, ‘yang… “ Dee melanjutkan bicaranya, “ Peristiwa seperti yang terjadi pada Shinta bukan hanya terjadi di dunia nyata. Bahkan di dunia mayapun itu bisa terjadi… “
Eh?!
Kuti menatap Dee dengan pandangan bertanya.
Dee mengangguk. “ Ya. Kamu ingat Dania kan? Temanku di kantor lama? Dania memiliki seorang saudara kembar laki- laki yang bernama Dana… “
“ Lalu? “ tanya Kuti.
“ Dana yang memang berpembawaan menyenangkan itu memiliki sebuah blog yang cukup populer. Dan banyak pembaca blognya adalah perempuan yang kemudian… “
Hmmm… Kuti dengan mudah menebak kelanjutan ceritanya.
“ Yang kemudian mengejar- ngejar Dana? Menginginkan hubungan lebih dekat, memintanya untuk bertemu? “
Dee mengangguk membenarkan.
“ Ya, itu yang terjadi. Dana yang pada saat itu sedang mempersiapkan pernikahannya enggan memenuhi permintaan tersebut. Tapi beberapa diantara para perempuan itu tetap memaksa. Salah satu diantaranya yang bernama Yanti juga seperti itu, mencoba berbagai cara untuk memaksanya bertemu. Ketika Dana tetap tak bersedia melakukan itu, Yanti marah dan mengirimkan email yang berisi kata- kata kasar. Mengata- ngatainya pengecut karena tak mau menemuinya. Lalu…”
Dee terdiam sejenak. Dia teringat bagaimana kesalnya Dania ketika menceritakan padanya apa yang terjadi pada saudara kembarnya.
“ Lalu ketika Dana tak juga bergeming, Yanti mengatakan dalam suratnya pada Dana bahwa dia, Yanti, tak akan rugi jika tak bertemu Dana, sebab selama ini Yanti toh tak pernah menganggapnya sebagai teman. Bagi Yanti, Dana hanyalah sebuah… blog! “
Astaga. Kuti tercengang.
Dee mengangkat bahu. “ Begitulah ‘yang. Lucu ya? Jika Dana itu hanya sebuah blog, bukan orang, bukan teman, lalu, mengapa Yanti memaksa ingin bertemu dengannya? “
Kuti tertawa.
“ Lebih lucu lagi, “ kata Dee lagi, “ Menurut Dania, walau sudah mengirimkan email semacam itu pada Dana, juga pernah mengatakan bahwa dia akan menganggap Dana itu tidak ada, di beberapa diskusi on line tanpa rikuh atau malu Yanti tetap menyebut Dana sebagai ‘sahabatku’. Tampaknya dia sebenarnya tetap tak ingin kehilangan peluang untuk mendekati Dana…“
Kuti menggeleng- gelengkan kepalanya.
“ Aku rasa, “ komentar Kuti, “ Jika pada suatu saat Dana memancingnya dengan mengatakan ingin bertemu — walau itu sekedar iseng sekalipun — Yanti akan dengan serta merta menyambutnya dengan senang hati ya? “
“ Hmmm… entah ya, “ Dee tertawa, “ Nanti kalau aku kebetulan ketemu Dania, akan aku tanyakan apa Dana pernah mencoba hal tersebut dan apakah hasilnya seperti dugaanmu… “
Kuti tertawa kembali. Ah, ada- ada saja…

0 komentar: